terduduk ku sejenak
memikikan tentang hati
mengapa amarah begitu mudah singgah
di hati bernama nurani ini
mengapa sedih senang benar terbit
mengapa kecewa mudah benar lalu
tidakkah kuberi santapan nuraniku ini
kurangkan kasih sayang yang kau miliki
mengapa sering mencari
teman untuk mengadu
sedang kau tahu
Allah xmungkin berpaling darimu
mengapa sering kutewas
untuk mendidik nurani ini
keras kejap seperti tembok batu
mengapa kau hanya tembok ais
mencair tiap waktu
patut kusyukuri
hakikat hatiku ini
namun xpatut kumengalah
untuk mengjarnya tabah
No comments:
Post a Comment